Rabu, 22 September 2010

KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA TINGKAT USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa. B. Tujuan Penulisan Tujuan umum : Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui tehnik komunikasi pada orang dewasa Tujuan khusus : 1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian komunikasi, khususnya komunikasi pada orang dewasa 2. Memahami tentang komunikasi pada orang dewasa 3. Agar mahasiswa mengetahui tehnik komunikasi pada orang dewasa yang mempengaruhi kehidupan C. Ruang Lingkup Dalam makalah komunikasi keperawatan ini kami membahas tentang komunikasi pada orang dewasa dan Rolplay pada orang dewasa D. Metode Penulisan Penulisan dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu memaparkan atau mendeskripsikan tentang pengertian komunikasi pada orang dewasa beserta Roleplay dengan studykepustakaan. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri atas tiga bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan, meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, ruang Lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teori, yang meliputi : pengertian komunikasi terapeuti, komunikasi pada orang dewasa, beserta penerapannya dalam keperawatan. BAB III : Role Play BAB IV : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2005). Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat. B. Tujuan Komunikasi Terapeutik Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah : 1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. 2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri. C. Manfaat Komunikasi Terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah : 1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan perawat-klien. 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. D. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif : 1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. 2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan. E. Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan Perry dalam Christina, dkk.,2003) : 1. Komunikasi verbal Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat. a. Jelas dan ringkas Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. b. Pembendaharaan Kata Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. c. Arti denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. d. Intonasi Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. 2. Komunikasi non Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu : a. Penampilan fisik Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya. b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur c. Ekpresi wajah Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar peenting dalam menentukan pendapat interpersonal.. d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial. F. PENGERTIAN DEWASA Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi dewasa. Terdapat berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang menganggap 21 tahun namun secara hukum orang telah dapat bertanggung jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18 sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock). Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus. Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia harus dibimbing. 1. Menurut konsep Hukum Perdata Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata). Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu. Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang belum dewasa, melalui pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya melekat pada orang dewasa. Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas permohonan, dapat dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua. Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap mampu berbuat karena memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu. Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. 2. Menurut konsep Hukum Pidana Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi "belum cukup umur". 3. Menurut konsep Hukum Adat Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu.Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. cakap artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Apabila kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa. 4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum dewasa dan dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang: a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat 2); b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16 tahun (pasal 7 ayat 2); c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada didalam kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat 1); d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada ketentuan yang mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini. G. TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40) 1. Mulai Bekerja 2. Memilih pasangan 3. Belajar hidup dengan pasangan 4. Mulai membina keluarga 5. Mengasuh anak 6. Mengelola rumah tangga 7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara 8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan H. DEWASA PERTENGAHAN 1. Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. 2. Masa Usia Pertengahan 3. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara 4. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia 5. Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa 6. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu 7. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini. 8. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan. 9. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua. I. KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu. Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu : 1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir. 2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran. 3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan menerima,akan belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. J. SUASANA KOMUNIKASI Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah : 1. Suasana Hormat menghormati Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya. 2. Suasana Saling Menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi. 3. Suasana Saling Percaya Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan 4. Suasana Saling Terbuka Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali. Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini. Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya. K. MODEL-MODEL KONSEP KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA PADA KLIEN DEWASA 1. Model Shanon dan Weaver Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain Shannon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber imformasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) Yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber imformasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan transaksional diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan imformasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi. 2. Model Komunikasi Leary Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1) Dominan-subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien. Selama beberap tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran dan klien ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional. Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain. Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis 3. Model Interaksi King Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King menggunakan system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien. Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara perawat-klien selama berpartisipasi. Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti hubungan perawat-klien. Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model Komunikasi Kesehatan Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks. Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan situasi. Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien. a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai. b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai. BAB III ROLEPLAY A. PENGORGANISASIAN KELOMPOK Bunga Morindea sebagai bunga (sahabat farida) = 24 Th Eka Hindriawati sebagai eka (perawat) = 23 Th Farida Hanum s sebagai farida (pemeran utama) = 24 Th Herman Petrik sebagai pembaca naskah Maryati sebagai maryati ( ibunda farida ) = 45 Th M. Wahyu Saputra sebagai wahyu (ayah dari farida) = 48 Th Rahayu Ningsih sebagai ayu (sahabat farida) = 24 Th Veti angriani sebagai veti (sahabat farida) = 24 Th B. NASKAH DRAMA Dalam sebuah rumah tangga, tinggal lah sebuah keluarga, yang dikepalai oleh pak wahyu, ia mempunyai istri yang bernama maryati, mereka hidup dengan segala kemewahan, sang suami sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang direktur disalah satu rumah sakit swasta, ia tentu harus menunjukan sikapnya sebagai direktur yang bertanggung jawab, ia pergi jam 06.30 dan pulang jam 17.00. begitu kesehariaanya, hingga waktu untuk keluarga terbengkalai. Begitu juga sang istri, ia sibuk dengan bisnisnya sebagai wanita karier yang mempunyai perusahaan pakaian (perancang busana), ia jarang sekali meluangkan waktunya untuk keluarganya. Hingga pada suatu hari sang anak yang bernama farida, yang sekarang telah tumbuh dewasa, ia berumur 24 tahun, ia adalah salah satu mahasiswa disalah satu universitas terkemuka di indonesia semester 9 dan tengah sibuk menyiapkan skripsinya, ia cerdas, cantik, ramah, namun sayang, ia tidak pernah mesakan apa arti dari sebuah cinta, ia dilarang oleh kedua orang tuanya untuk berpacaran. Ia akan selalu mengikuti apa kemauan dari sang ayah dan ibu. Sampai pada suati hari, ia merasakan ada sebuah cinta yang terpancar di hatinya, ia tertarik pada lawan jenisnya dan sampai pada akhirnya mereka pacaran tanpa diketahui kedua orang tuanya. Pada suatu malam ia pulang tepat jam 22.05 tepat dimalam minggu. Ia pulang dengan hati yang gundah, takut dimarahi orang tuanya. Sambil menyelinap perlahan melalui pintu depan rumah. Tiba-tiba sang ayah dan ibunya sudah siap diruang tamu. Wahyu : ehem,,,, ehem,,,,, Farida : aaaaaaaaasalamualaikum,,,, Maryati : dari mana kamu,,,,,, Farida : ddddddari tempat teman mah,,,, Maryati : teman mana,,, tadi mama telfon HP kamu kenapa gak dingkat? Trus tadi mama telf veti, veti juga gak tahu, kamu kemana? Setahu mama kamu Cuma berteman sama veti, gak ada teman mu yang lain. Farida : tadi HP disilent ma, soal veti, tadi farida emang gak kerumah veti ma, tadi fa kerumah eka ma... Maryati : bohong kamu (sambil mengangkat tangan seraya ingin menampar) Wahyu : sudah mah, jangan terlalu keras sama anak, dia juga mesti istirahat (sambil menahan tangan isterinya) Maryati : papa ini, anak dibelain terus, ini semua gara-gara papa, papa tu gak pernah sedikitpun mau ngurusin anak Wahyu : loh ko jadi papa yang disalahkan, bukannya anak itu tugas mama, tugas seorang isteri adalah mendidik anak dan keluarga, bukannya sibuk dengan pekerjaannya. Maryati : eh gak bisa gitu donk, anak itu tanggung jawab kita berdua, bukannya hanya diberrikan beban kepada saya sendiri Farida : aaaahhhhhhhh,,, udah, kalian berdua memang orang tua yang keras kepala, yang hanya mementingkan urusannya masing-masing, setiap kali kalian bertemu, kalian selalu bertengkar,,,, kalian orang tua yang jahat ( seraya berlari menuju kamar dan bbbbbbbrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaakkkkkk) Veti adalah salah satu teman yang bekerja dirumah sakit yang dibina oleh ayah farida, dia perawat yang telah 1 tahun setengah bekarja dirumah sakit itu, begitu juga eka, ia sudah baru saja bekerja dirumah sakit yang sama dengan veti. Veti adalah teman farida sejak masih duduk dibangku SMP hingga SMA, namun ketika kuliah, mereka berbeda universitas, petrik yang hanya dari keluarga sederhan, yang tidak mampu kuliah bersama-sama farida, veti kuliah dunia kesehatan dan mengambil prodi DIII, sedangkan farida kuliah di dunia kedokteran. Eka adalah teman dari veti yang seprofesi dengan veti dikeperawatan. Farida mengenal eka dari veti, dan tidak pernah mengenalkan eka kepada kedua orang tuanya. Sambil menangis, menelfon veti... Farida : tuuuuuuuttttttt,,,, tuuuuuuuuttttttt, Veti : hallo assalamualikum, Farida : wa’alaikum salam ( sambil menangis ) Veti : ada apa fa,,, tumben malam-malam nelfon. Ada masalah? Farida : masih menangis... Veti : eh tunggu dulu,,, kamu nangis???? Kenapa ???? ayah dan ibu lagi???? Farida : iya,,, mereka.... Veti : mereka bertengkar lagi??? Gara-gara kamu pulang malem, ia??? Farida : lo ko veti tahu??? Veti : tadi kan mama fa telf veti, sambil marah-marah,,, nanyain fa???? Dan akhirnya pasti mama dan papa fa bertengkar. Farida : iya,,, mama sama papa bertengkar lagi, fa mesti ngapain? fa udah bosan selalu dengerin mereka berdua bertengkar. Veti : fa,,, fa kan udah dewasa, sudah tahu mana sisi baik dan sisi buruknya. Coba deh, mulai sekarang fa belajar untuk menjadi anak yang bisa tegar walau tanpa bantuan orang tua, fa tahu keadaan ortu fa, dan fa tahu kesibukan mereka berdua. Fa mesti faham dengan kesibukan mereka Farida : ia fa tahu, tapi gak mesti begini juga, fa butuh kasih sayang, fa butuh perhatiaan, fa butuh semuanya Veti : (sambil berfikir) ya udah,,, fa lakukan yang terbaik dulu, mungkin dengan cara menghormati mereka saja sudah cukup. Terlebih kalau fa bisa nunjukin kalau fa sudah dewasa, dan mungkin dengan cara seperti itu, mereka akan jauh lebih baik dari sebelumnya. Farida : hemmm,,, gitu yah,,,, ( sedikit lebih tenang ),,, kalau begitu, makasih ya petrik,,, petrik emang ttemanku yang paling baikkkkk. Veti : ia sama-sama fa, ya udah fa tidur,, ini udah larut malam Farida : ya udah,,,, mecome,,,,,, Veti : komsalam..... Tepat pukul 00.00 wib sambil beranjak ke WC, fa meletakan HPnya ditempat tidur,,, tiba-tiba,,,, krrriinngggg....krrriiinngggggg,,,,, Farida : aduh,,, siapa lagi sih malam-malam nelf..... hah,,, ayu,,, ngapain mala-malamnelf (seraya mengkerutkan dahinya) HP ayu : happy brithey fa, happy brithey fa, happy brithey fa,,,, happy brithey teman,,,, (terdengar suara ayu dan bunga) Farida : terimakasih teman, kalian adalah orang pertama yang ngucapin happy b’day buat aku,,, aku seneng banget, kalian masih ingat ma ultah q, walau kita udah jauh dipisah antara dua pulau. Hehehehe HP ayu : walau kita jauh dimata tapikan tetap dekat dihati (kata ayu), eh fa gimana dian dijakarta, seru gak ,pasti jauh lebih menyenangkan kan (tanya bunga) Farida : apanya yang menyenangkan, yang ada menyedihkan, ortu sibuk dengan kerjaannya, ayah pergi pagi pulang sore, ibu bolak-balik kantor kerjaannya, giliran pada ngumpul aja, bertengkar mulu tu ortu,,, hufh..... HP ayu : (ayu) yang benar aja fa, tapi tenang, ayu tu 3 tahun jadi teman fa, jadi tahu gimana fa dalam menghadapi cobaan. (bunga) iya bener banget, fa tu tegar, kayak lagunya rosa,,, hahahahah. Farida : iiiiihhh,, kalian nih, orang lagi sedih diajak gurau, tapi setidaknya seneng banget, punya temen yang pandai bergurau, oia semua, udah malam nih, fa mo tidur, coz udah ngantuk. HP ayu : ya udah met bubug yah honey, met malam fa,,,, ddaaahhhhh Farida : yu..... Sambil beranjak ke WC, karena tadi tertunda pergi ke Wcnya. Bunga dan ayu adalah teman fa semasa SMA, mereka kuliah di kota yang berbeda. Setelah kembali ke kamar, farida melihat Hpnya dan melihat ada 34 sms dan 3 panggilan tak terjawab. Ketika dibuka tenyata ada 34 sms yang salah satunya adalah dari ucok, sang kekasih farida. Dan 3 panggilan tak terjawab tersebut adalah dari ucok, dari sekian banyak sms semua mengucapkan met ultah, dya pun tertarik membaca sms dari ucok. Sambil berkomat kamit membaca sms dari ucok yang isinya “honey happy brithey, semoga menjadi tambah dewasa, tambah pinter, n jadi dokter yang berguna, n 1 lagi yang terpenting disayang keluarga, abang saaaaaaayang fa, happy brithey ya honey, mmmmuuuuaaaacccchhhh” Membaca sms dari ucok, fa langsung tersenyum berseri-seri. Namun dibalik senyumnya terbesit rasa bersedih di hati fa. “ayah, ibu, kira-kira tahu gak yah ulang tahun fa??? Hhmmmm” sambil mengkerutkan dahinya dan menarit selimut kesayangannya. Kukuruyuk kokpetok... huahhh,,, Farida : hhhuuuaaahhhh,,, (seraya mengkontraksikan seluruh otot-ototnya), jam berapa yah sekarang. Hhhmmmm jam berapa ya sekarang, baru jam 6.... mana masuk jam 9 lagi hari ini. Maryati : fa,,, fa,,,, bangun nak udah pagi ( sambil mengetuk pintu kamar farida). Sini nak kita sarapan bareng. Farida : iya mah,, sebentar lagi. ( sambil bergegas menuju pintu kamar) Maryati : lo ko belum mandi nak, ayo cepat gosok gigi trus kita sarapan bareng. (sambil mengelus kepala farida) Farida : iya mah, tunggu bentar, fa mandi dulu. Gerah nih... Maryati : iya mama tunggu di ruang makan ya. Sambil bergeags menuju kamar mandi. Dan farida pun mandi. Setelah sudah siap dengan baju kuliahnya. Farida pun menuju ruang makan dan tiba-tiba. Farida : loh, mana mamah. Bi,,, bi,,,,(sambil memanggil pembantunya bi rizka) Rizka : iya non, ada apa Farida : mama mana bi??? Rizka : lo,,, kan udah pergi kekantor non, tadi ndoro pesan jangan lupa sarapan. Farida : huffh,,, tadi nyuruh keruang makan. (berharap sang mama telah menyiapkan surprise di hari ultahnya) Rizka : ya sudah non, mbo’ mau kebelakang lagi, masih banyak kerjaan. Farida : iya mbo’ Seketika itu, farida berlari menuju kamarnya. Sambil emnagis terus menerus tanpa tahu keadaan disekitar. Disela-sela tangisnya, farida mengatakan “kenapa sih aku diciptakan menjadi anak seorang direktur, kenapa sih aku dilahirkan dari ibu yang super sibuk yang tidak persah mengurusi keluarganya, kkkkkkkkeeeeeeennnnnnnaaaappaaaa?? (sambil berteriak) Waktu menunjukan tepat jam 17.20. farida masih tetap menagis. Satu hari ini farida meluangkan waktunya untuk menangis, sampai akhirnya sang ibu tiba kerumah. Maryati : mbok farida mana mbo’ Rizka : tidak tahu ndoro, dari tadi si mbo’ gak lihat non putri ndoro. Maryati : farida,,, fa, fa,,, ( sambil menuju kekamar farida dan membuka pintu kamarnya ). Ya allah fa, kamu kenapa. Ko nangis nak. Farida : (sambil menggelengkan kepalanya) gak mah Maryati : lo gk boleh gitu, cerita dong sama mama. Farida : gak ada apa-apa ma, fa Cuma mo sendiri aja Maryati : lo ko gitu sih sayang, crita dundz sama mama Farida : mama mau tahu kenapa fa sedih, kenapa fa nangis, iya??? (sambil bnerteriak) Maryati : iya mama mo tahu, ayo dong cerita Farida : mama dan papa adalah orang tua yang kejam, kalian tidak peduli dengan anak sendiri, sampai-sampai ulang tahun anak sendiri mama dan papa gak tahu, kalian kejam. Maryati : fa, maafkan mama sayang, mama sibuk sayang, maafkan mama Farida : kalian jahat, selalu sibuk jawaban kalian. Keluar kamu dai kamar ku, keluar.... Maryati : tapi sayang, maafkan mama Farida : kkkkkkkkeeeeeellllllluuuuuuaaaaaaaaaaarrr. Seketika itu juga sang ibu keluar dari kamar farida. Sang ibu bingung harus berbuat bagaimana terhadap farida. Sampai akhirnya bu maryati menelfon veti meminta pendapat. Dan inti dari perkataan veti adalah mengatakan bahwa mereka harus membahagiakan farida segera mungkin, dan tepat di moment yang berbahagia ini mereka harus sesegera mungkin membuat farida bahagia. Tanpa fikir panjang, sang ibu meneflon ayahnya dan mengatakan bahwa kita harus membuat anak kita tersenyum kembali. Sang ayah datang dengan kue ulang tahun terbesar di tiko kue pada saat itu, dan sang ibu sebagai perancang busana tentu tidak mau tinggal diam, ia memanggil seluruh karyawannya untuk menyulap seluruh ruangannya menjadi sangat indah. Tepat jam 19.30,,, ruangan, kue, sudah tersusun dengan rapi. Kini tinggal tugas sang ibu untuk membujuk sang anak agar mau keluar dari kamarnya, ibunya datang denngan membawa busana terbagus yang ada di butiquenya dan mengatakan. Maryati : fa, lihat mama bawa apa. Farida : untuk apa mama kemari lagi, keluar ma, farida bilang keluar. Maryati : sayang, gak boleh gitu, coba kamu liat diluar ada siapa. Ternyata tanpa diduga-duga veti, eka, ayahnya, bunga, ayu dan mbo’ rizka serta beberapa karyawan mamanya telah siap denagn keadaan ruang yang megah, dan kue yang gagah, dengan senangnya ia memeluk ibunya berkata “ aku sayang bunda selamat hari kartini bunda” tanpa mengganti pakaian ia langsung menuju ruang tamu, dan langsung memeluk seluruh orang yang ada disana. Farida : lo, kamu kapan kesisni bunga, ayu??? Ayu : tadi jam 18.00 lepas landas mamah kamu yang suruh, trus datang di jakarta jam 19.20,,,, Bunga : iya fa, ini semua kami lakukan untuk fa, spesial kami datang jauh-jauh, jadi mulai sekarang jangan sedih lagi yah, kan masih banyak orang yang sssssssaaaaaaaayyanng sama fa... oke Farida : terima kasih teman, kalian memang temanku terbaik saat ini... Selang beberapa menit acara dirumah farida, tiba-tiba eka mendapat telfon dari pihak rumah sakit. KA ruangan : ass... eka Eka : wa’alaikum salam bu, ada apa tengah malam menelfon saya? KA ruangan : begini ka, pasien mu yang bernama rizka mengamuk, dia mengamuk sambil meminta pulang, bisakah kamu datang ke kantor sekarang? Eka : ooo,,, jadi begitu? Baiklah ibu, sebentar lagi saya akan bergegas kekantor sekarang, mohon bantuannya untuk menjaga rizka sebentar. KA ruangan : baiklah, saya tunggu. Setelah beberapa menit diperjalanan, eka tiba di rumah sakit KA ruangan : bagaimana dengan rizka bu, apakah sudah tenang? Eka : belum ka, dia masih menamuk Tanpa fikir panjang, eka langsung bergeas menuju ruangan. Dia melihat rizka yang masih mengamuk, dan menghampirinya. Eka : ass rizka, permisi, rizka kenapa? Ada masalah? Rizka : pergi kamu pergi Eka : rizka tenag dulu, tenang,,, baik pa, ibu, ibu dan bapak boleh keluar dulu, tinggalkan saya dan rizka berdua dulu (sambil mempersilahkan kedua orang tua rizka untuk keluar sejenak) Ortu rizka : baik sus, permisi Eka : rizka, rizka ada apa, cerita sama saya Rizka : lepaskan ikatan saya, lepaskan (sambil mengamuk meminta tali yang masih ditangannya dilepas) Eka : oke, oke,,, saya akan lepas ikatan yang masih ditangan rzka. Tapi rizka janji dulu sama saya setelah ini bisa cerita sama saya Rizka : kenapa sih semua orang gak tahu perasaan saya, kenapa Eka : oke saya akan lepaskan tali ini, tapin rizka tenag dulu, tenang rizka. Tidak akan ada yang bisa berkomun ikasi samam rizka kalau begini caranya Rizka : lepaskan tangan saya cepat Eka : baik lah kalau itu maunya rizka, saya gak bisa memaksa rizka, tapi saya harap, rizka tidak bertindak bodoh ( sambil membuka tali pengikat ditangan rizka) Setelah lepas tali pengikat tangan rizka, rizka pun langsung berbaring sambil menangis, perlahan sus eka memegang pundak rizka sambil berbicara. Eka : rizka ada apa, cerita dong sama saya Rizka : pergi sus (seraya menepaskan tangan suster eka) Eka : baiklah, saya akan tinggalkan rizka, nanti kalau rizka sudah siap untuk cerita sama saya, saya siap, nanti kalau rizka perlu saya rizka panggil saya di ruangan yah. Rizka adalah salah satu klien eka yang didiagnosa oleh dokter defresi ringan. Dia sudah 4 hari berada dirumah sakit namun tidak ada perubahan terhadap dirinya. Kesehariannya hanya mengurung seorang diri, jika di ajak berbicara hanya mengangguk ataupun menggelengkan kepalanya. Smpai keesokan harinya tepat pukul 07.00 pagi, eka mengajak rizka untuk pergi ketaman, eka pun tidak keberatan. Sesampainya ditaman eka mengajak berbicara. Eka : nah rizka, kita sudah ditaman, banyak bunga, banyak kupu-kupu, rizka bisa lihatkan Rizka : (hanya menggelengkan kepala) Eka : rizka lihatkan orang itu, dia sama seperti rizka, dia sudah 1 bulan lebih berada dirumah sakit ini, dia ditinggal mati oleh ayah dan ibunya. Ia defresi, ia syok dengan semua ini, rizka tahu maksud dari pembicaraan saya? Rizka : (hanya menggelengkan kepala) Eka : eka mesti faham, bahwa semua orang tidak luput dari kesedihan, rizka beruntung masih punya ayah dan ibu yang utuh, rizka seharusnya bersyukur karena sampai saat ini allah masih memberi nafas yang panjang terhadap rizka, rizka mesti tahu hal itu, rizka adalah satu dari sekian banyak manusia yang allah beri cobaan, namun akan sia-sia jika rizka akan tetap seperti ini. Sepupu saya sama nasibnya dengan rizka, ditinggal mati oleh suaminya. Namu n ia tegar, ia tegar menghadapi ini semua, bahkan ia bangkit, ia menjadikan dirinya orang yang bermanfaat bagi orang lain, bukan orang yang menyusahkan orang lain. Rizka, rizka harus tegar, kuat rizka, bangkit jadi orang yang lebih baik. Rizka : (sambil menangis dan memeluk suster eka) antarkan saya kekamar sus Eka : alhamdulillah, setelah 5 hari kamu disini, baru kali ini saya mendengar kamu berbicara. Memang selam 5 hari rizka berada dirumah sakit, ia hanya bisa mengangguk ataupun menggeleng. Dan hari ini rizka telah mampu berbicara walaupun hanya 1 atau 2 kata. Ketika sampai dikamar rizka langsung meminta suster eka untuk keluar Rizka : sus, terima kasih ya ( sambil tersenyum ) Eka : baik lah eka, sekarang eka istirahat dulu, sekita 15 menit lagi, saya akan kemari untuk mengantarkan sarapan unttuk mengantarkan sarapan utnuk rizka. Rizka : ia sus, terimakasih sekali lagi sus Suster eka pun langsung bergegas untuk memanggil kedua orang tua rizka. Eka : permisi ibu, bapak, boleh saya bicara? Ortu rizka : baik lah sus, ada apa? Apakah ada perkembangan dengan anaka saya? Eka : jadi begini bu, tadi saya sudah menemukan sedikit peningkatan terhadap rizka, ia sudah mulai mau bicara dengan saya. Ia sudah mulai terbuka bu Ortu rizka : alhamdulillah, terima kasih suster Eka : sama-sama bu, kalau begitu saya permisi keruangan, soalnya saya akan memberi srapan pagi untuk rizka Ortu rizka : baik lah sus, terima kasih ya sus Eka : sma-sama ibu, itu sudah menjadi kewajiban saya, permisi ibu Ortu rizka : mari sus Ketika telah sampai diruangan, suster eka pun langsung bergegas menuju dapur dan mengambil sarapan untuk rizka. Setelah selesai, eka pun langsung menuju ruangan rizka untuk mengantarakan srapan itu untuk rizka. Ketika sampai diruangan, eka melihat bahawa rizka danb kedua orang tuanya tengah asyik bercengkrama dengan rizka. Eka : selamat pagi semua, wah lagi pada ngumpil nih Rizka : ia sus, oia sus, suster bawa apa? Sarapan untuk rizka yah, wah,, sarapan apa saya hari ini sus? Eka : seperti biasa, bubur hangat, khusus buat untuk rizka Rizka : yah bububr lagi. Tapi gapapa deh, yang penting spesial untuk rizka, makasih yah us. Sisni biar rizka makan sendiri Eka : wah, sudah pinter makan sendiri yah, hebat yah kamu. Heheheheehe Rizka : ia dong, rizka gitu loh,,, udah ah, suster ngeledek Eka : ya sudah, suster kembali keruangan dulu yah. Rizka : eh tunggu dulu sus (Seraya ingin memeluk suster eka) Eka : ada apa rizka (sambil memeluk rizka) Rizka ; terima kasih yah sus, rizka janji, rizka akan menjadi orang lebih berguna untuk orang, rizka janji, sebelum ayah dan ibu pergi meninggalkan rizka, rizka akan membahagiakan mereka (seraya memandang ayah dan ibunya) Eka : iya rizka, rizka sekarang gak usah sibuk memikirkan apa-apa dulu, fifkirkan dulu kesehatan rizka Rizka : baikalah sus, sekarang rizka makan dulu yah. Eka : ya sudah makannya dihabiskan yah. Suster keruangan dulu,, permisi bapak, ibu. Ortu rizka : iya suster, terima kasih yah Rizka : suster Eka : iya Rizka : terima kasih yah suster Eka : ia rizka. Permisi Rizka : sama-sama sus Seraya bergegas menuju ruangan. Sambil senyum ia bertemu dengan veti Veti : etzzz,, ada apa ni sus, senyum senyum sendir Eka : ah suster veti, biasa aja, Cuma senang aja lit klien mulai sembuh Veti : ya udah liat pasien mu yang lai sana Eka : oia ya Akhirnya kini baik farida maupun rizka, kini telah kembali beraktivitas seperti biasanya. SELESAI NB: cerita ini hanya fiktif belaka kalau ada kesamaan nama karakte, sifat dan lai-lain, kai minta maaf BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan komunikasi pada dewasa. B. Saran 1. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa hendaknya perawat memiliki sikap atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non verbal, mempertahankan kontak mata) 2. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan dapat menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas. 3. Kepada instansi keperawatan hendaknya dapat membimbing dan memfasilitasi mahasiswanya agar menjadi perawat yang profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dewasa. DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan. Refika ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan. EGC buku Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku Kedokteran. Jakarta.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Oksigenasi Kebutuhan oksigenasi merupakan dasar manusia yang digunnakan untu kelangsungan metabolisme sel tubuh untuk mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh. (Alimul, Aziz). Memberikan aliran gas O2 sebanyak 21% pd tekanan 1 atm sehingga konsentrasi O2 meningkat dlm tubuh (www. Dheas batam. Island.mht.com). B. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru. 1. Saluran pernapasan bagian atas Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri atas : a. Hidung Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melaui hidung oleh bulu yang ada dalam festibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan. b. Faring Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai eusofagus yang terletak di belakang nasofaring (di belakang Hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringofaring). c. Laring (tenggorokan) Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane, terdiri atas 2 lamina yang bersambung di garis tengah. d. Epiglotis Epiglotis merupakan katub tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan. 2. Saluran pernapasan bagian bawah Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas : a. Trakea Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5. Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cicin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing. b. Brongkus Brongkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas 2 percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki 3 lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan brongkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. c. Brongkiolus Brongkiolus merupakan saluran percabangan setelah brongkus. 3. Paru Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diagfragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang di selaputi olek pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairaa n pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas 2 bagian yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung berserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. C. Proses Oksigenasi Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transfortasi gas : 1. Ventilasi Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfir ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin semakain tinggi; adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan nafas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi); refleks batuk dan muntah; dan adanya peran mucus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat meningkatkan virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah, komplience dan recoil. Komplience merupakan kemampuan paru-paru untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta ganguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita menarik nafas ,sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru,. Apabila koplience baik namun recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Pusat pernafasan, yaitu medulla oblongata dan Pons, dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan rangsangan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan bila PCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan depresi usat pernapasan. 2. Difusi gas. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di Alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan Alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membrane, respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel elveoli dan intersisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perpedaan tekanan dan konsentrasi o2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi daritekanan O2 dalam darah vena pulmonali, masuk kedalam darah secara difusi), PCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi kedalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat hemoglobin-hb). 3. Transportasi gas. Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2 jaringa tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohehemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruha (hematokrit), serta eritrosit dan kadar hb. D. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi 1. Saraf Otonomik Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini dapa terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan ujung saraf dapat mengeluarkan Neurontransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk para simpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhontriksi) kaarena pada saluran pernapasan terdapat reseptoe adrenergic dan reseptor kolinergik. 2. Hormone dan obat Semua hormone termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong para simpatis, seperti sulvas atropine dan ekstrakbelladona, dapat melebarkan sluran nafas, sedangkan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat beta non selektif, dapat mempersempit saluran nafas (bronkhontriksi). 3. Alergi pada saluran nafas Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang, sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Fator-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran pernapasan bagian atas; bronkhontriksi pada asma bronkhiale; dan therinitis dan renitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. 4. Perkembangan Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, Karena usia organ dalam tubuh berkembangb seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature, adanya kecendrungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia. 5. Lingkungan. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kenbutuhan oksigenasi, seperti factor alergi, ketinggian tanah dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi. 6. Perilaku. Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dal;am mengonsumsi makan (status nutrisi), sebagai contoh obesitas dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktifitas dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain. E. Jenis pernapasan 1. Pernapasan eksternal Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikan oleh hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu sel darah m,erah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh utuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg. Karbondoiksida sebagai hasil pembuangan metabolism menembus membrane kalpiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan melalui pipa bronchial (trakea) dikeluarkan melalui hidung. 2. Pernapasan internal. Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolismetubuh, atau juga dapat dikatakkan bahwa pernapasan ini diawali denagan darah yang telah menjenuhkan hb-nya kemudian mengitariseluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari hb dan darah menerima sebagai gantinya dan menghasilkan karbondioksida sebagai buanganya. F. Masalah kebutuhan oksigenasi. 1. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupnya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalan tingakat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunya perfusi jaringan, atau ganguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen. 2. Perubahan pola pernapasan. a. Tachypne. Merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 x permenit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektoksis atau terjadinya emboli b. Bradipnea Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10x permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakraniak yang disertai narkotik atau sedative. c. Hiperventilasi Merupakan cara tubuh dalam mengompenisasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebakan oleh adanya infeksi, keseimbangan asam basah, atau ganguan psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun. d. Kusmaul Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam kadaan asodosis metabolic. e. Hipoventilasi Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidak seimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atlektasis, lumpunya otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan, peningkatan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta penurunan komplience paru dan toraks. Keaadaan demikian dapat menyebakan hiperkapnea, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga PCO2 meningkat akibat hipoventilasi) mengakibatkan depresi susunan saraf pusat. f. Dipsnea Merupakan perasaan sesaak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis. g. Ortopnea Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestik paru. h. Cheyne stokes Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun,berhenti, kemudian mulai dari siklus baru. i. Pernapasan paradoksial Merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal sering ditemukan pada keadaan etelektapsis. j. Biot Merupakan pernapasan dengan iramayang mirip dengan cheypne stokes tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intra cranial yang meningkat, trauma kepala dan lain-lain. k. Stridor Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasmetrackea atau opstruksi laring. 3. Obtsruksi jalan napas Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara efektif, dapa disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasi, sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebrovascular accident (cva), efek pengobatan sedative, dan lain-lain. Tanda-tanda klinis : a. Batuk tidak efektif. b. Tidat mampu mengeluarkan sekresi di jalan nafas. c. Suara napas menunjukan adanya sumbatan. d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal. 4. Pertukaran Gas Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan system vaskuler, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau immobilisasi akibat penyakit system saraf, depresi susunan saraf pusatatau penyakit radang pada paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membrane alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2 dari paru kejaringan akibat rasioventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2 dan terganggunya aliran darah. Tabda klinis ; a. Dispnea pada usaha napas b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang. c. Agitasi. d. Lelah, letargi. e. Meningkatnya tahanan vascular paru. f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya PCO2 g. Sianosis. BAB III PROSES KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Riwayat keperawatan a. Masalah pernapasan yang pernah dialami 1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan. 2) Pernah mengalami batuk dengan sputum. 3) Pernah mengalami nyeri dada. 4) Aktifitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala do atas. b. Riwayat penyakit pernapasan 1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi batuk, asma, TBC, dan lain-lain. 2) Bagaimana frekuensi setiap bagian. c. Gaya hidup 1) Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok. 2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) a. Mata Kunjungtiva pucat (karena anemia), sianosis (hipoksemia),terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis). b. Kulit. Sianosis perifer (vaso kontriksi dan penurunan aliran darah perifer),sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor kulit (dehidrasi), edema. c. Jari dan kuku, sianosis, clubbing finger. d. Mulut dan bibir Membrane mukosa sianosis, pernapasan dengan mengerutkan mulut. e. Hidung Pernapasan dengan cuping hidung. f. Vena leher, adanya distensi. g. Dada Retraksi otot bantu pernapasan (karena meningkatnya aktifitas pernapasan, dipsnea, atau obstruksi jalan napas), pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan kanan, tacti fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/ rongga pernapasan, suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial), suara napas tidak normal (creckler/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleura frection), bunyi perkusi (rensonan, hyperrensonan, dullness). h. Pola pernapasan, Eupnea (pernapasan normal) 16-24, Tacypnea (pernapasan cepat) > 24, Bradypnea (pernapasan lambat) < 16. 3. Pemeriksaaan penunjang. a. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung : EKG, exercise stress tes. b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah : Echocardiography, kateterisasi jantung, Angiografi. c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi : tes fungsi paru-paru dengan spirometri, tes astrup, oksigemetri, pemeriksaan darah lenglap. d. Melihat struktur system pernapasan : X-ray thoraks, brongkhoskopi, CT scan paru. e. Menentukan sel Abnormal/infeksi sisteem pernapasan : kultur apus tenggorokan, sitologi, Spesiment sputum (BTA). B. DIAGNOSA KEPERWATAN DAN INTERVENSI. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebbutuhan oksigenisasi diantaranya adalah : 1. Tidak efektifnya cara pembersihan saluran pernapasan. Definisi kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan secret sehingga menimbulkan oubstruksi saluran pernapasan dalam rangka mempertahankan saluran pernapasan. Kemungkinan berhubungan dengan : menurunnya energy dan kelelahan, infeksi trakheobronkial, gangguan kognitif dan persepsi, trauma, bedah toraks. Kemungkinan data yang ada : suara napas tidak normal, prubahan jumlah pernapasan, batuk, sianosis, demam, kesulitan bernapas. Kemungkinan masalah klinik yang pada : ARDS, cystic fibrosis, Pneumenea, injuri dada, Ca, paru, gangguan neuromuscular, COPD. Tujuan yang diharapkan : saluran pernapasan pasien menjadi bersih, pasien dapat mengeluarkan secret, suara napas dan keadaan kulit menjadi normal. Intervensi Rasional 1. Sediakan alat suction dalam kondisi baik. Peralatan dalam keadaan baik 2. Monitor jumlah, bunyi nafas, AGD, efek pengobatan bronchodilator. Indikasi dasar kepatenan/gangguan pernapasan. 3. Pertahankan intek cairan 3000ml/hari jika tidak ada kontra indikasi. Membantu mengencerkan secret. 4. Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan bentuk efektif. Mengeluarkan secret. 5. Bantu oral hygiene setiap 4 jam. Memberikan rasa nyaman. 6. Mobilisasi pasien setiap 2 jam Mempertahankan sirkulasi. 7. Berikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alcohol, menghindari alergan, latihan bernapas). Mencegah komplikasi paru. 2. Tidak efektifnya pola pernapasan. Definisi : kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru. Kemugkina berhubungan dengan : Obstruksi tracheal, pendarahan aktif, menurunnya ekspansi paru, infeksi paru, depresi pusat pernapasan, kelemahan otot pernapasan. Kemungkinan data : perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan, dipsnea, penggunaan otot tambahan pernapasan, suara pernapasan tidak normal, batuk disertai dahak, menurunnya kapasitas vital, kecemasan. Kondisi klinik berhubungan dengan : Penyakit kangker, infeksi pada dada, penggunaan obat dan keracunan alcohol, trauma dada, Myasthenia gravis, guillian barre syndrome. Tujuan yang diharapkan : pasien dapat mendemontrasikan pola pernapasan yang efektif, data objektif menunjukan pola pernapasan ynag efektif, pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas. Intervensi Rasional. 1. membantu Berikan oksigen sesuai program. Mempertahankan oksigen arteri. 2. Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD. Mengetahui status pernapsan. 3. Laksanakan program pengobatan. Meningkatkan pernapasan. 4. Posisi pasien Fowler Meningkatkan pengembangan paru. 5. Bantu pada terapi inhalasi. Membantu pengeluaran secret. 6. Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut. 7. Pendidikan kesehatan. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang. 3. Menurunnya perfusi jaringan tubuh. Defenisi : kondisi di mana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat menurunnya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler. Kemungkinan berhubungan dengan : vasokontriksi, hipovolemia, thrombosis vena, menurunnya aliran darah, edema, pendarahan, immobilisasi. Kemungkinan data yang ada : edema, pulpasi perifer kecil, capillary refill lambat, perubahan warna kulit/pucat, menurunnya sensasi, penyembuhan luka lama, cyanosis. Kondisi klinis berhubungan dengan : CHF, infark miokardial, peradangan pada jantung, pipertensi, syok, COPD. Tujuan yang diharapkan : menurunnya insufisiensi jantung, suara pernapasan dalam keadaan normal. Intervensi Rasional. 1. Monitor denyut jantung , dan irama. Mengetahui kelainan jantung. 2. Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP, edema, tingkat kesadaran. Data dasar untuk mengetahui perkembangan pasien. 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit darah lengkap. Mengetahui keadaan umum pasien. 4. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan. Mengurangi kecemasan dan lebih kooperatif. 5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Meningkatkan perfusi. 6. Ukur intake dan outtake cairan. Mengetahui kekurangan dan kelebihan. 7. Lakukan perawatan kulit, seperti pemberian lotion. Menghindari ganguan integritas kulit. 8. Hindari terjadinya palsava maneuver, seperti mengedan, menahan napas, dan batuk. Mempertahankan pasokan oksigen. 9. Batasi pengunjung. Mengurangi stress dan energy untuk bicara. 10. Berikan Pendidikan kesehatan. Meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya kambuh dan komplikasi. 4. Ganguan pertukaran gas. Defenisi Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbondioksida di antara alveoli paru dan system vaskuler. Kemungkinan penyebab : penumpukan cairan dalam paru, ganguan pasokan oksigen, obstruksi saluran pernapasan, brongkhospasme, atelaktasis, edema paru, pembedahan paru. Kemungkinan data ditemukan : sesak napas, penuruna kesadaran, nilai AGD tidak normal, perubahan tanda vital, sianosis,/takhikardi. Tujuan yang diharapkan : dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas, pasien dapat menunjukan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti : tanda vital, nilai AGD, dan Ekspresi wajah. Intervensi. Rasional. 1. kaji tanda vital,nyeri, kesulitan bernapas, hasil laboratorium, retraksi sterna, penggunaan otot bantu pernapasan pengguanaan oksigen, X-Ray. Data dasar untuk pengkajian lebih lanjut. 2. Jaga alat emergensi dan pengobatan tetap tersedia seperti ambu bag , ET tube, suction, oksigen. Persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernapasan. 3. Suction bila ada indikasi. Meningkatkan pertukaran gas. 4. Berikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak. Menurunkan kebutuhan energy pencernaan

Selasa, 21 September 2010

SYOCK HIPOVOLEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan CES. Syok hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat pendarahan yang herbat, muntah, diare, intake dan output yang tidak seimbang, sehingga terjadi suatuu keadaan dimana sesorang mengalami syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. B. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memperluas wawasan tentang ilmu keperawatan khususnya berupa syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatannya. 2. Memenuhi tugas mata kuliah “Kubutuhan Dasar Manusia II”. C. RUANG LINGKUP PENULISAN Dalam makalah, penulis ini hanya membahas tentang apa yang dimaksud dengan syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatanya. D. METODE PENULISAN Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan pengertian syok hipovolemik serta asuhan keperawatannya. E. SISTEMATIKA PENULISAN Tulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu : BAB I Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, Ruang lingkup dan sistematika dari penulisan. BAB II Berupa bab isi dan penjelasan materi, berisi tinjauan teoritis yang bersumber dari referensi bidang kesehatan. BAB III Berupa bab tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik. BAB IV Berupa bab penutup, berisi kesimpulan, dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Syok Syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusike jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. B. Pengertian Hipovolemia Dehidrasi adalah kehilangan air dalam tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal ( Ramali & Pamoentjak 1996). Menurut Guyton ( 1995 ), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi ( hipovolemia ) merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh. Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES). Jadi Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Dua penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara penanganannya. BAB III PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Aktivitas atau istirahat : kelemahan umum, keletihan. Sirkulasi : hipotensi, nadi lemah atau lembut , takikardia Eliminasi : konstipasi, atau kadang diare, penurunan volume urin, warna gelap atau pekat, oliguria Makanan atau cairan : Haus, anoreksia, mual / muntah gejala 2. Tanda Pnurunan BB >2%-8% dr BB, membran mukosa kering, kulit kering tugor buruk atau pucat, lembab, dingin (syok) Neurosensoris : perubahan prilaku, gelisah, kacau mental, sinkop Pernapasan : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal Keamanan : suhu biasanya abnormal, meskipun demam munkin terjdi 3. Aspek psikologis Perlu dikaji apakah ada perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan dan elektrolit 4. Aspek sosiokultural Pada aspek ini, faktor sosial, budaya, finansial, atau pendidikan yang mempengaruhi terjadinya gangguan PKCnya 5. Aspek spiritual Apkah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat mempengaruhi PKCnya, contoh: apakah klien mempunyai pantangan untuk tidak mnerima transfusi darah manusia. B. Diagnosa keperawatan 1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh atau penurunan masukan dapat terjadi karena kehilangan plasma yang berkaitan luka bakar, atau karena muntah, dan lain-lain. 2. Perubahan perfusi serebral yang berhubungan dengan hipovolemia. 3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan kekurangan cairan. 1. b/d : Kehilangan volume cairan scr berlebihan 2. Berkeringat scr berlebihan pendarahan 3. Kehilangan volume cairan scr berlebihan 4. Berkeringat scr berlebihan 5. pendarahan ditandai dengan 1. Hipotensi 2. Takikardia 3. Pucat 4. Kelemahan 5. Kosentrasi urin pekat 6. Anoreksia nervosa 7. Muntah dan diare 8. pendarahan C. Tujuan dan kriteria hasil Kebutuhan pemenuhan cairan & elektrolit terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : 1. Mempertahankan keseimbangan cairan. 2. Mnunjukan ada x keseimbangan cairan ex : TD stabil, output urin adekuat, membran mukosa mulut lembab, tugor kulit baik. 3. Secara langsung klien mengatakan penyebab kekurangan Cn’E teratasi D. Tindakan Keperawatan 1. Kaji Riwayat Kesehatan. 2. Cek : Tanda- tanda Vital, Hemodinamik 3. Kaji Kecukupan Cairan di masing-masing ruang. 4. Pungsi Vena 5. Beri Cairan sesuai Order a. Fungsi, Komposisi, Ciri-ciri dari produk Cairan b. Cek ketepatan order dengan kondisi Pasien c. Hitung kebutuhan rumatan E. Intervensi dan Rasional 1. Intervensi : Ukur dan catat setiap 4 jam : Intake dan output cairan Rasional :Warna muntahan, urin, dan feses 2. Intervensi : Monitor tugor kulit Rasional : Bermanfaat untuk mengetahui apakah klien dehidrasi 3. Intervensi : Mengukur TTV Rasional : Perubahan salah satu tanda-tanda vital dapat mempengaruhi 4. Intervensi : Monitor cairan infus Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan elektrolit Rasional :Menentukan kehilangan dan kebutuhan caiaran 5. Intervensi :Berikan makanan dan cairan Rasional :Memenuhi kebutuhan makan dan minum 6. Intervensi :Berikan pengobatan contoh Antidiare dan antimuntah Rasional : Mnurunkan pergerakan usus dan muntah 7. Intervensi :Berikan suprot verbal dlm pemberian cairan Rasional : Meningkatkan konsumsi yg lbh 8. Intervensi : Lakukan kebersihan mulut sebelum makan Rasional nya : Meningkatkan nafsu makan 9. Intervensi : Berikan pendidikan kesehatan tentang : tanda dan gejala dehidrasi, intake dan output cairan Rasional : Meningkatkan informasi dan kerja sama BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan kepada semua khusunya bagi tenaga kesehatan agar di dalam setiap tindakan keperawatan selalu mendahulukan kebutuhannya . Bagi seorang mahasiswa perawat hendaknya dapat mempelajari lebih dalam tentag syok hipovolemik. Agar terwujudnya suatu lembaga kesehatan, yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai maka penulis menyarankan kepada lembaga kesehatan hendaknya lebih mengutamakan fasilitas kebutuhan oksigenasi sebagai kebutuhan utama manusia. Semoga rumah sakit di Indonesia khususnya di kota Pontianak dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul . 2004. Pengantar Kebutuhan dasar Manusia. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta. Nuswantari, Dyah. (1998). Kamus saku kedokteran. Jakarta : EGC. Potter, Patricia A. 1990. Fundamental Keperawatan. BUKU KEDOKTERAN EGC. Jakarta. Wartonah, Tarwoto. 2004. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta. www. Dheas batam.island.mht.com

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOCK HIPOVOLEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan CES. Syok hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat pendarahan yang herbat, muntah, diare, intake dan output yang tidak seimbang, sehingga terjadi suatuu keadaan dimana sesorang mengalami syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. B. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memperluas wawasan tentang ilmu keperawatan khususnya berupa syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatannya. 2. Memenuhi tugas mata kuliah “Kubutuhan Dasar Manusia II”. C. RUANG LINGKUP PENULISAN Dalam makalah, penulis ini hanya membahas tentang apa yang dimaksud dengan syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatanya. D. METODE PENULISAN Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan pengertian syok hipovolemik serta asuhan keperawatannya. E. SISTEMATIKA PENULISAN Tulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu : BAB I Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, Ruang lingkup dan sistematika dari penulisan. BAB II Berupa bab isi dan penjelasan materi, berisi tinjauan teoritis yang bersumber dari referensi bidang kesehatan. BAB III Berupa bab tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik. BAB IV Berupa bab penutup, berisi kesimpulan, dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Syok Syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusike jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. B. Pengertian Hipovolemia Dehidrasi adalah kehilangan air dalam tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal ( Ramali & Pamoentjak 1996). Menurut Guyton ( 1995 ), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi ( hipovolemia ) merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh. Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES). Jadi Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Dua penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara penanganannya. BAB III PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Aktivitas atau istirahat : kelemahan umum, keletihan. Sirkulasi : hipotensi, nadi lemah atau lembut , takikardia Eliminasi : konstipasi, atau kadang diare, penurunan volume urin, warna gelap atau pekat, oliguria Makanan atau cairan : Haus, anoreksia, mual / muntah gejala 2. Tanda Pnurunan BB >2%-8% dr BB, membran mukosa kering, kulit kering tugor buruk atau pucat, lembab, dingin (syok) Neurosensoris : perubahan prilaku, gelisah, kacau mental, sinkop Pernapasan : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal Keamanan : suhu biasanya abnormal, meskipun demam munkin terjdi 3. Aspek psikologis Perlu dikaji apakah ada perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan dan elektrolit 4. Aspek sosiokultural Pada aspek ini, faktor sosial, budaya, finansial, atau pendidikan yang mempengaruhi terjadinya gangguan PKCnya 5. Aspek spiritual Apkah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat mempengaruhi PKCnya, contoh: apakah klien mempunyai pantangan untuk tidak mnerima transfusi darah manusia. B. Diagnosa keperawatan 1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh atau penurunan masukan dapat terjadi karena kehilangan plasma yang berkaitan luka bakar, atau karena muntah, dan lain-lain. 2. Perubahan perfusi serebral yang berhubungan dengan hipovolemia. 3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan kekurangan cairan. 1. b/d : Kehilangan volume cairan scr berlebihan 2. Berkeringat scr berlebihan pendarahan 3. Kehilangan volume cairan scr berlebihan 4. Berkeringat scr berlebihan 5. pendarahan ditandai dengan 1. Hipotensi 2. Takikardia 3. Pucat 4. Kelemahan 5. Kosentrasi urin pekat 6. Anoreksia nervosa 7. Muntah dan diare 8. pendarahan C. Tujuan dan kriteria hasil Kebutuhan pemenuhan cairan & elektrolit terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : 1. Mempertahankan keseimbangan cairan. 2. Mnunjukan ada x keseimbangan cairan ex : TD stabil, output urin adekuat, membran mukosa mulut lembab, tugor kulit baik. 3. Secara langsung klien mengatakan penyebab kekurangan Cn’E teratasi D. Tindakan Keperawatan 1. Kaji Riwayat Kesehatan. 2. Cek : Tanda- tanda Vital, Hemodinamik 3. Kaji Kecukupan Cairan di masing-masing ruang. 4. Pungsi Vena 5. Beri Cairan sesuai Order a. Fungsi, Komposisi, Ciri-ciri dari produk Cairan b. Cek ketepatan order dengan kondisi Pasien c. Hitung kebutuhan rumatan E. Intervensi dan Rasional 1. Intervensi : Ukur dan catat setiap 4 jam : Intake dan output cairan Rasional :Warna muntahan, urin, dan feses 2. Intervensi : Monitor tugor kulit Rasional : Bermanfaat untuk mengetahui apakah klien dehidrasi 3. Intervensi : Mengukur TTV Rasional : Perubahan salah satu tanda-tanda vital dapat mempengaruhi 4. Intervensi : Monitor cairan infus Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan elektrolit Rasional :Menentukan kehilangan dan kebutuhan caiaran 5. Intervensi :Berikan makanan dan cairan Rasional :Memenuhi kebutuhan makan dan minum 6. Intervensi :Berikan pengobatan contoh Antidiare dan antimuntah Rasional : Mnurunkan pergerakan usus dan muntah 7. Intervensi :Berikan suprot verbal dlm pemberian cairan Rasional : Meningkatkan konsumsi yg lbh 8. Intervensi : Lakukan kebersihan mulut sebelum makan Rasional nya : Meningkatkan nafsu makan 9. Intervensi : Berikan pendidikan kesehatan tentang : tanda dan gejala dehidrasi, intake dan output cairan Rasional : Meningkatkan informasi dan kerja sama BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan kepada semua khusunya bagi tenaga kesehatan agar di dalam setiap tindakan keperawatan selalu mendahulukan kebutuhannya . Bagi seorang mahasiswa perawat hendaknya dapat mempelajari lebih dalam tentag syok hipovolemik. Agar terwujudnya suatu lembaga kesehatan, yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai maka penulis menyarankan kepada lembaga kesehatan hendaknya lebih mengutamakan fasilitas kebutuhan oksigenasi sebagai kebutuhan utama manusia. Semoga rumah sakit di Indonesia khususnya di kota Pontianak dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul . 2004. Pengantar Kebutuhan dasar Manusia. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta. Nuswantari, Dyah. (1998). Kamus saku kedokteran. Jakarta : EGC. Potter, Patricia A. 1990. Fundamental Keperawatan. BUKU KEDOKTERAN EGC. Jakarta. Wartonah, Tarwoto. 2004. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta. www. Dheas batam.island.mht.com