Selasa, 21 September 2010
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOCK HIPOVOLEMIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan CES. Syok hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat pendarahan yang herbat, muntah, diare, intake dan output yang tidak seimbang, sehingga terjadi suatuu keadaan dimana sesorang mengalami syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memperluas wawasan tentang ilmu keperawatan khususnya berupa syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatannya.
2. Memenuhi tugas mata kuliah “Kubutuhan Dasar Manusia II”.
C. RUANG LINGKUP PENULISAN
Dalam makalah, penulis ini hanya membahas tentang apa yang dimaksud dengan syok hipovolemik pada manusia serta asuhan keperawatanya.
D. METODE PENULISAN
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan pengertian syok hipovolemik serta asuhan keperawatannya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu :
BAB I Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, Ruang lingkup dan sistematika dari penulisan.
BAB II Berupa bab isi dan penjelasan materi, berisi tinjauan teoritis yang bersumber dari referensi bidang kesehatan.
BAB III Berupa bab tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik.
BAB IV Berupa bab penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Syok
Syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusike jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.
B. Pengertian Hipovolemia
Dehidrasi adalah kehilangan air dalam tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal ( Ramali & Pamoentjak 1996). Menurut Guyton ( 1995 ), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi ( hipovolemia ) merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.
Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES).
Jadi Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Dua penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat. Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara penanganannya.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat : kelemahan umum, keletihan.
Sirkulasi : hipotensi, nadi lemah atau lembut , takikardia
Eliminasi : konstipasi, atau kadang diare, penurunan volume urin, warna gelap atau pekat, oliguria
Makanan atau cairan : Haus, anoreksia, mual / muntah gejala
2. Tanda Pnurunan BB >2%-8% dr BB, membran mukosa kering, kulit kering tugor buruk atau pucat, lembab, dingin (syok)
Neurosensoris : perubahan prilaku, gelisah, kacau mental, sinkop
Pernapasan : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal
Keamanan : suhu biasanya abnormal, meskipun demam munkin terjdi
3. Aspek psikologis
Perlu dikaji apakah ada perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan dan elektrolit
4. Aspek sosiokultural
Pada aspek ini, faktor sosial, budaya, finansial, atau pendidikan yang mempengaruhi terjadinya gangguan PKCnya
5. Aspek spiritual
Apkah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat mempengaruhi PKCnya, contoh: apakah klien mempunyai pantangan untuk tidak mnerima transfusi darah manusia.
B. Diagnosa keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh atau penurunan masukan dapat terjadi karena kehilangan plasma yang berkaitan luka bakar, atau karena muntah, dan lain-lain.
2. Perubahan perfusi serebral yang berhubungan dengan hipovolemia.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan kekurangan cairan.
1. b/d : Kehilangan volume cairan scr berlebihan
2. Berkeringat scr berlebihan pendarahan
3. Kehilangan volume cairan scr berlebihan
4. Berkeringat scr berlebihan
5. pendarahan
ditandai dengan
1. Hipotensi
2. Takikardia
3. Pucat
4. Kelemahan
5. Kosentrasi urin pekat
6. Anoreksia nervosa
7. Muntah dan diare
8. pendarahan
C. Tujuan dan kriteria hasil
Kebutuhan pemenuhan cairan & elektrolit terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Mnunjukan ada x keseimbangan cairan ex : TD stabil, output urin adekuat, membran mukosa mulut lembab, tugor kulit baik.
3. Secara langsung klien mengatakan penyebab kekurangan Cn’E teratasi
D. Tindakan Keperawatan
1. Kaji Riwayat Kesehatan.
2. Cek : Tanda- tanda Vital, Hemodinamik
3. Kaji Kecukupan Cairan di masing-masing ruang.
4. Pungsi Vena
5. Beri Cairan sesuai Order
a. Fungsi, Komposisi, Ciri-ciri dari produk Cairan
b. Cek ketepatan order dengan kondisi Pasien
c. Hitung kebutuhan rumatan
E. Intervensi dan Rasional
1. Intervensi : Ukur dan catat setiap 4 jam : Intake dan output cairan
Rasional :Warna muntahan, urin, dan feses
2. Intervensi : Monitor tugor kulit
Rasional : Bermanfaat untuk mengetahui apakah klien dehidrasi
3. Intervensi : Mengukur TTV
Rasional : Perubahan salah satu tanda-tanda vital dapat mempengaruhi
4. Intervensi : Monitor cairan infus Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan elektrolit
Rasional :Menentukan kehilangan dan kebutuhan caiaran
5. Intervensi :Berikan makanan dan cairan
Rasional :Memenuhi kebutuhan makan dan minum
6. Intervensi :Berikan pengobatan contoh Antidiare dan antimuntah
Rasional : Mnurunkan pergerakan usus dan muntah
7. Intervensi :Berikan suprot verbal dlm pemberian cairan
Rasional : Meningkatkan konsumsi yg lbh
8. Intervensi : Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
Rasional nya : Meningkatkan nafsu makan
9. Intervensi : Berikan pendidikan kesehatan tentang : tanda dan gejala dehidrasi, intake dan output cairan
Rasional : Meningkatkan informasi dan kerja sama
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok hipovolemik merujuk kepada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan kepada semua khusunya bagi tenaga kesehatan agar di dalam setiap tindakan keperawatan selalu mendahulukan kebutuhannya .
Bagi seorang mahasiswa perawat hendaknya dapat mempelajari lebih dalam tentag syok hipovolemik.
Agar terwujudnya suatu lembaga kesehatan, yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai maka penulis menyarankan kepada lembaga kesehatan hendaknya lebih mengutamakan fasilitas kebutuhan oksigenasi sebagai kebutuhan utama manusia. Semoga rumah sakit di Indonesia khususnya di kota Pontianak dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul . 2004. Pengantar Kebutuhan dasar Manusia. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta.
Nuswantari, Dyah. (1998). Kamus saku kedokteran. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. 1990. Fundamental Keperawatan. BUKU KEDOKTERAN EGC. Jakarta.
Wartonah, Tarwoto. 2004. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan. CV. SALEMBA MEDIKA. Jakarta.
www. Dheas batam.island.mht.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar